ALASANnews.com, TOLITOLI — Di sebuah kafe kecil di jantung Kota Tolitoli, Budi Mulya tampak berbicara dengan nada tenang namun penuh keyakinan. Pimpinan Cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tolitoli itu berbicara tentang satu hal yang kini menjadi fokus utama perusahaannya: membawa layanan keuangan lebih dekat ke masyarakat lewat BRILink dan QRIS.
“Strategi kami sederhana — mendekatkan pelayanan kepada masyarakat agar mereka tidak perlu jauh-jauh datang ke bank,” ujar Budi. Di bawah kepemimpinannya, BRI Tolitoli terus memperbanyak gerai BRILink di berbagai pelosok, menjadikan agen-agen kecil ini sebagai ujung tombak pelayanan mikro perbankan.
Konsep BRILink lahir dari semangat inklusi keuangan: memungkinkan siapa pun, bahkan di desa terpencil, untuk menarik uang, mentransfer dana, atau membayar tagihan tanpa harus mengantre di kantor cabang. “Selain mempercepat pelayanan, BRILink juga membuka lapangan kerja baru. Banyak warga yang kini berperan sebagai agen mandiri,” tambahnya.
Bagi masyarakat Tolitoli, BRILink bukan hanya gerai transaksi. Ia telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari — tempat bertukar kabar, mencetak bukti transfer, hingga sekadar menanyakan kabar saldo. “BRILink itu seperti warung tetangga yang selalu siap melayani,” kata salah satu nasabah, Rini, sambil tersenyum.
Namun, BRI tidak berhenti di situ. Transformasi digital terus digalakkan lewat sistem pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Budi menyebut, penggunaan QRIS di Tolitoli meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir. Masyarakat, termasuk pedagang pasar dan pelaku UMKM, mulai terbiasa dengan pembayaran nontunai.
“QRIS membuat transaksi jadi lebih cepat dan efisien. Pedagang tidak perlu menyediakan uang kembalian, sementara pembeli cukup memindai kode di ponsel mereka,” jelasnya. Meski tidak menyebut angka nominal, ia memastikan tren transaksi digital di wilayahnya tumbuh konsisten.
Di sisi lain, Budi menyoroti pentingnya keamanan digital. Ia mengingatkan nasabah untuk tidak sembarangan membagikan PIN dan kata sandi aplikasi BRImo. “Kami sering menemukan kasus nasabah yang tertipu karena lalai menjaga data pribadinya. Jangan pernah bagikan PIN kepada siapa pun, termasuk orang yang mengaku petugas bank,” tegasnya.
Peringatan itu datang di tengah meningkatnya ancaman kejahatan siber yang menargetkan pengguna perbankan digital di daerah. Budi menilai, edukasi menjadi bagian penting dari transformasi digital yang aman dan berkelanjutan. “Teknologi tidak akan bermanfaat jika tidak disertai kesadaran pengguna,” katanya.
Langkah BRI memperluas jaringan BRILink dan mendorong penggunaan QRIS dianggap sejalan dengan upaya pemerintah memperluas inklusi keuangan nasional. Di wilayah seperti Tolitoli, program ini memberi dampak nyata: ekonomi lokal tumbuh, masyarakat makin melek digital, dan uang berputar lebih cepat.
Dengan semangat “melayani dengan dekat”, BRI Tolitoli kini bukan sekadar lembaga keuangan, tetapi mitra perubahan sosial di daerah. Di antara warung kopi, pasar tradisional, dan desa pesisir, BRILink dan QRIS menjelma menjadi simbol baru — bahwa kemajuan bisa dimulai dari satu transaksi sederhana di ujung jari.***wahyu


