ALASANnews.com,--Di tengah genangan air dan lumpur yang masih tersisa, sosok Bupati Tolitoli Amran Hi. Yahya tampak berjalan pelan di tepian Sungai Lembe, Sabtu sore yang mendung. Sejak banjir besar yang melanda kabupaten itu pada 26 Oktober lalu, hari-harinya berubah drastis. Pagi ia memulai dengan sepiring nasi kuning sederhana, dan baru kembali ke rumah menjelang malam — setelah memastikan warga, alat berat, dan petugas di lapangan tetap bekerja.
Bukan hanya sekadar hadir di lokasi, Amran turun langsung mengawasi normalisasi Sungai Lembe yang menjadi sumber utama meluapnya air. Setiap harinya, ia memantau jalannya pengerukan dan pembersihan sedimen sungai, memastikan agar aliran air kembali normal dan risiko banjir susulan dapat ditekan. Di bawah terik matahari maupun guyuran hujan, bupati yang dikenal dekat dengan rakyatnya itu tampak tak pernah meninggalkan medan.
“Yang penting warga kita aman dulu,” katanya singkat kepada awak media yang menemuinya di lokasi kerja alat berat. Kalimat pendek itu menggambarkan keteguhan seorang pemimpin daerah yang sedang berpacu dengan waktu dan cuaca.
Pasca banjir, Amran juga memimpin langsung penyaluran bantuan kepada masyarakat terdampak di enam kelurahan yang terendam air, mulai dari pusat kota hingga kawasan pesisir. Ia tak hanya datang untuk menyerahkan bantuan logistik, tetapi juga mendengarkan keluh kesah warganya — sebagian kehilangan harta benda, sebagian lagi belum sempat pulih dari trauma.
Bagi para pegawainya, jadwal kerja Bupati Amran selama seminggu terakhir sulit dibayangkan. Ia hampir tak punya waktu istirahat. Sering kali rapat koordinasi darurat digelar di lapangan, di atas genangan air, atau di pos sementara yang dibangun dari tenda darurat. “Beliau itu tidak hanya memerintah, tapi mencontohkan,” ujar seorang staf BPBD Tolitoli.
Upaya cepat Bupati Tolitoli dalam menata kembali daerah pasca banjir menuai apresiasi dari banyak pihak. Pendekatannya yang humanis dan keterlibatannya yang langsung di lapangan dianggap menjadi faktor penting dalam menjaga semangat para relawan dan aparat. Di tengah keterbatasan sumber daya, ia berusaha memastikan roda bantuan tetap berputar dan masyarakat tak kehilangan harapan.
Kini, ketika air mulai surut dan aktivitas warga perlahan kembali normal, kelelahan tampak di wajah Amran. Namun bagi dirinya, tugas belum selesai. “Saya ingin mewariskan daerah ini tanpa bencana,” ucapnya lirih — sebuah janji yang mencerminkan beban tanggung jawab sekaligus cinta yang tulus pada Tolitoli.WHY***


