ALASAN---Di banyak daerah, geliat ekonomi masih terasa berat. Harga kebutuhan pokok naik turun tak menentu, pelaku usaha kecil berjuang mempertahankan omzet, sementara pemerintah daerah terus mencari cara menahan perlambatan ekonomi. Di tengah keadaan seperti ini, rangkaian kegiatan seremonial KORPRI—termasuk lomba lagu—kembali digelar dengan meriah.
Pertanyaannya sederhana namun menggelitik: apakah perlombaan seperti ini benar-benar produktif, atau justru mengaburkan fokus dari masalah utama daerah?
Kegiatan seni memang punya ruang penting. Lomba lagu KORPRI dapat menjadi sarana ekspresi, mempererat solidaritas ASN, memberi hiburan, serta menghadirkan suasana positif di tengah rutinitas birokrasi. ASN yang bahagia tentu diharapkan dapat bekerja lebih efektif.
Namun masyarakat melihat dari sisi yang lebih membumi: apakah gelaran seperti ini tepat dilakukan saat ekonomi warga sedang tertekan?
Ketika UMKM menjerit karena omzet menurun, nelayan kesulitan menjual hasil tangkap, petani terbebani biaya produksi, dan banyak keluarga bergantung pada bantuan sosial, kegiatan bernuansa pesta sering kali terasa tidak sejalan dengan realitas lapangan.
Apalagi, meski anggaran kegiatan lomba nyanyi ini “hanya” sekitar Rp12 juta, pertanyaan tetap muncul:
apakah Rp12 juta itu tidak akan jauh lebih bermakna jika dibelikan telur atau beras, lalu dibagikan kepada para pensiunan atau masyarakat yang benar-benar membutuhkan?
Nilainya mungkin tidak besar, tetapi dampaknya bisa dirasakan langsung dan memberikan kelegaan bagi mereka yang hidup pada masa-masa sulit.
Pada akhirnya, esensi kritik ini bukan menolak hiburan, melainkan menuntut ketepatan prioritas.
Seremoni boleh saja, tetapi jangan sampai mengalahkan kebutuhan yang lebih mendesak. Ekspresi seni sah-sah saja, selama tidak membuat pemerintah daerah kehilangan sensitivitas terhadap kondisi masyarakat.
Di masa ekonomi yang masih lesu, pemerintah daerah dan KORPRI perlu menunjukkan empati yang lebih kuat. Publik tidak menuntut kemeriahan, tetapi menunggu bukti bahwa pemerintah hadir dan peka terhadap kesulitan mereka.*wahyu


