Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Petani Salumpaga Desak Pemda Normalisasi Sungai Rusak Akibat Banjir: “Kalau Tak Diperbaiki, Kami Tak Bisa Menanam”

| 08:29 WIB | 0 Views Last Updated 2025-11-05T02:40:17Z

 


ALASANnews.com,--Di tengah ancaman gagal panen yang semakin nyata, para petani di Desa Salumpaga, Kecamatan Toli-Toli Utara, Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, mendesak pemerintah daerah segera melakukan normalisasi sungai yang rusak akibat banjir besar beberapa waktu lalu. Kerusakan alur sungai itu menyebabkan air meninggalkan jalur utamanya dan tidak lagi mengalir ke bendungan yang menjadi satu-satunya sumber irigasi bagi ratusan hektare sawah produktif di kawasan tersebut.

Ketua Kelompok Tani Desa Salumpaga, H. Subhan, menuturkan bahwa akibat pergeseran aliran sungai di Dusun Harapan Jaya, bendungan yang selama ini mengairi sawah seluas sekitar 350 hektare kini tak lagi berfungsi. “Kalau sungai ini tidak segera diperbaiki, otomatis petani di Salumpaga tidak bisa mengolah sawahnya. Kami berharap pemerintah kabupaten, khususnya Bapak Bupati Tolitoli, H. Amran Hi. Yahya, bisa membantu dan menganggarkan perbaikan,” ujar H. Subhan saat ditemui di lokasi, Selasa (4/11).

Menurutnya, kondisi ini sangat mendesak. Ia memperkirakan jika perbaikan tidak dilakukan sebelum Desember, maka para petani terancam tidak dapat menanam padi pada musim tanam berikutnya. “Kami sudah meninjau langsung bendungan yang rusak dan melihat sendiri bagaimana aliran sungai kini berpindah jauh dari saluran utama. Ini situasi yang genting bagi ribuan warga yang menggantungkan hidup dari hasil sawah,” ungkapnya.

Banjir besar yang melanda wilayah Tolitoli pada akhir Oktober lalu menjadi penyebab utama pergeseran aliran sungai tersebut. Arus air yang deras menghantam tanggul dan merusak struktur bendungan, membuat sungai “membelah diri” dan mencari jalur baru. Dampaknya, jaringan irigasi yang selama ini menopang sawah-sawah di Salumpaga kini kering dan tidak bisa dimanfaatkan.



Sejumlah petani telah berusaha melakukan penanganan darurat dengan menumpuk karung pasir dan membuat tanggul seadanya, namun upaya itu tak mampu mengembalikan aliran air seperti semula. “Kami sudah bergotong royong, tapi air tetap mengalir ke arah lain. Tanpa bantuan alat berat dan dukungan anggaran dari pemerintah, mustahil kami memperbaikinya sendiri,” kata seorang petani setempat.

Desakan kini tertuju kepada pemerintah daerah agar segera menurunkan tim teknis dan mengalokasikan dana untuk normalisasi sungai. Menurut H. Subhan, langkah cepat sangat dibutuhkan agar ribuan ton produksi beras dari wilayah itu tidak hilang tahun ini. “Kalau ini dibiarkan, bukan hanya petani yang rugi. Pasokan pangan untuk masyarakat pun bisa terganggu,” ujarnya menegaskan.

Di tengah ancaman perubahan iklim dan cuaca ekstrem yang makin sering melanda, kisah petani Salumpaga menjadi cermin nyata dari rapuhnya infrastruktur pertanian di daerah pedesaan Indonesia. Sebuah pengingat bahwa menjaga aliran air bukan sekadar urusan teknis, tetapi juga tentang menjaga kehidupan dan masa depan ratusan keluarga petani.why

×
Berita Terbaru Update