Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Senyum saat Panen, Merana saat Harga Anjlok Inilah Suka Duka Petani Hortikultura Lembah Napu Lore Utara Poso

| 14:32 WIB | 0 Views Last Updated 2025-11-25T07:32:59Z

 


  • Anshar (50)  petani tanaman hortikultura 20 tahun menggarap lahan di Desa Watumaeta Napu Lore Utara Poso. (Ist).

ALASANNEWS (Palu): Keindahan alam Lembah Napu, Lore Utara, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah, ternyata menyimpan cerita suka dan duka bagi para petani hortikultura. Anshar (50), seorang petani yang telah 20 tahun menggarap lahan di Desa Watumaeta, menceritakan realitas pahit yang sering kali berbanding terbalik dengan melimpahnya hasil panen.


Lembah Napu, dengan geografis dataran tinggi (±1.300-1.500 mdpl) dan suhu sejuk, memang menjadi surga bagi berbagai tanaman hortikultura seperti wortel, kubis, kentang, tomat, daun bawang, serta kopi arabika dan robusta. Tanah yang subur memungkinkan hasil panen tumbuh subur dan berkualitas prima, bahkan seringkali berukuran jumbo.


Anshar, yang berasal dari Bugis Sulawesi Selatan, mengaku senang ketika harga komoditas di pasaran sedang baik. "Sukanya saat harga sayur mayur, kentang, tomat, wortel, dan kubis sedang bagus, kami bisa meraup untung yang lumayan," ungkapnya saat berbincang pada Minggu (23/11/25).


Namun, duka mendalam datang saat terjadi overproduksi, yang mengakibatkan harga anjlok. Anshar mengeluhkan bahwa sebanyak 10% dari total panen sayuran di Napu terbuang percuma karena upah petik lebih mahal dari harga jual. Akibatnya, banyak petani yang membiarkan hasil panennya membusuk di ladang, menimbulkan kerugian besar.



Hasil panen dari Lembah Napu sebagian besar dipasok ke Kota Palu dan bahkan dikirim ke luar pulau hingga ke Kalimantan. Namun, para petani rentan terhadap fluktuasi harga pasar yang tidak menentu. 


Potensi Lembah Napu dan Tantangan Infrastruktur


Guru Besar Ekonomi Bisnis Universitas Tadulako (Untad) Palu, Prof. Moh. Ahlis Djirimu, menyoroti potensi besar Lembah Napu sebagai sentra produksi pangan, hortikultura, dan ekowisata, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB). 


Menurutnya, kawasan ini memiliki kelembagaan ekonomi yang kuat berkat dampingan dari berbagai organisasi masyarakat sipil. Namun, infrastruktur jalan, jembatan, dan irigasi pada ruas Sigi-Lore-Poso Pesisir Selatan masih menjadi kendala. 


Ahlis Djirimu menambahkan, setelah gangguan keamanan teratasi, kawasan ini kembali menjadi pemasok pangan untuk area lingkar tambang seperti PT. IMIP dan PT. Indonesia Huabao Industrial Park (IHIP). Ia juga melihat potensi implementasi nilai ekonomi karbon (NEK) dan pengembangan ekowisata di Lembah Napu.


"Bila jalan baru Lembantongoa Palolo-Salubanga Sausu jadi dibangun, Lore Raya dapat menjadi Kabupaten Konservasi menjadi percontohan masyarakat dan pemerintahan hidup harmoni dengan alam tanpa merusak," pungkas Ahlis Djirimu.***

×
Berita Terbaru Update