- Catatan : Elkana Lengkong
H.A Azis Lamadjido SH adalah figur pemimpin bersahaja rendah hati, dan merupakan putra daerah Sulteng kedua menjabat Gubernur Sulteng dua periode ini. Ada kalimat yang menarik sering terucap dari pak Azis saat banyak masyarakat datang ingin bertemu beliau dari pelosok sulteng.
"Ruangan kerja saya ini jika ada masyarakat dari desa terpencil bersandal jepit ingin bertemu dengannya, silahkan saja, karena mereka dari jauh ingin temui pemimpin mereka dengan masalah. Lantas jika saya menolak sebagai pemimpin kualat dan sangat tidak bijak" kata HA Azis Lamadjido saat itu.
Sebagai Gubernur Pak Azis dalam penerimaan tamu harus gunakan protokol surat tamu diisi lewat Sesprinya agar bisa diterima sesuai maksud tujuan tak ada yang terlewatkan. Dan beliau menerima tamu semua yang ingin bertemu dengan berbagai masalah dilayani tak ada yang terkecuali dan semua transparan dengan suhu ruangan sangat dingin dari AC yang cukup banyak diruangan itu.
Kesederhanaan kepemimpinan pak Azis nampak karena selalu mau mendengar keluhan masyarakatnya. Dan itu dilakukan sejak ia menjabat Bupati Donggala dua periode. Bahkan setelah usai jabat bupati Donggala masyarakat berharap inginkan agar Azis bisa jabat Gubernur gantikan Brigjen TNI AD AM Tambunan mantan Dan Rem 132 Tadulako.
Azis Lamadjido figur seorang pemimpin kerja keras dan merakyat yang berwibawa jarang berlama-lama jika tugas dibutuhkan kehadirannya di ibukota Jakarta.
Sebagai Gubernur Sulteng lewat progran upaya menuntaskan masalah kemiskinan gubernur Azis ditopang oleh sebuah crass program Gerbosbangdesa (Gerakan Terobosan Pembangunan Desa) dan itu memberi dampak bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan di seluruh Sulteng.
Suatu sore ditahun yang saya tak ingat, setelah bertemu pak Azis diruang kerja, saya saat itu wartawan Koresponden Harian Umum Media Indonesia Jakarta di Sulteng diajak untuk bersama beliau satu mobil,ada juga rekan saya Tasman Banto saat itu wartawan Harian Surya Surabaya di Palu juga bung Djoni Kapal ADC Gubernur, tak lupa ditemani bapak Galib Batati yang selalu tangani urusan kopi jahe disukai pak Azis. Kami berkeliling wilayah lembah Palu
Dalam mobil pak Azis banyak bercerita menyampaikan tentang bagaiman programnya membangun Sulteng termasuk menjadikan kawasan lembah Palu hijau untuk menempatkan warga lewat program transmigrasi guna menopang pertumbuhan ekonomi daerah berdampak masyarakat sejahtera.
Yang sangat saya sukai, ketika selesai berkeliling dan hendak balik ke kota Palu, kami minta kepada beliau diturunkan di depan Palu Studio saat itu. Sebab nanti kami akan gunakan kendaraan angkot, disebabkan kendaraan roda dua kami ada di halaman kantor Gubernur. Namun saat itu beliau justru antar kami balik ke halaman kantor Gubernur di jalan Sam Ratulangi Palu.
Dalam perjalanan menuju kantor gubernu, ada cerita menarik pak Azis sebagai bahan motivasi. Beliau bercerita tentang pengalaman mengapa kami harus diantar beliau hingga ke kantor gubernur.
Pak Azis bercerita saat itu beliau pertama tugas sebagai Jaksa di Makassar Sulsel suatu waktu beliau tidak bawa kendaraan secuternya ke kantor, saat akan pulang ke rumah beliau numpang mobil atasannya bernama Laupesy. Saat sampai tujuan atasannya tanya Azis dimana rumahnya, pak Azis jawab masuk lorong sedikit pak. Tapi sang atasan hanya brrhentikan kendaraannya dan menurunkan di pinggir jalan. Sebagai rasa kecewa sejak saat itu kata pak Azis beliau berjanji jika dia nantinya jadi atasan saat mau menolong orang harus ikhlas antar hingga ke depan rumah.
Yang takala menarik pula beliau selalu ingat wartawan yang mewawancarai beliau. Suatu pagi yang saya sudah tak ingat tanggal, bulan dan tahun, sepertii biasanya saya ingin peroleh info untuk bahan berita terkait kegiatan Gubernur Azis Lamadjido, saya masuk keruangan spri gubernur saat itu Husni Panyili. Begitu bertemu Spri ada penyampaian kalau pak gubernur Azis cari saya mau ketemu.
Saya bertanya dalam hati kok! Pak Azis cari saya, ada apa? Adakah tulisan saya yang tidak elok terkait pak gubernur Azis? Namun itu masih diliputi penuh tanda tanya. Tapi saya positif thingking beranikan diri apapun resikonya sudah merupakan konsukwensi tanggung jawab profesi.
Setelah bertemu beliau tak lain hanya sampaikan terima kasih dan menepuk bahu saya atas sebuah berita tulisan saya dimuat dihalaman satu koran harian umum Media indonesia saat itu terkait judul berita "Setelah Tidak Jabat Gubernur Azis Lamadjido Akan Menjadi Petani" Rupanya berita saya ini dibaca Pangkobkamtib Jenderal TNI Widjoyo Suyono.
Ceritanya begini saat pak Azis tugas di Jakarta, beliau bertamu ke Pangkopkamtib Jenderal TNI Widjoyo Suyono baru duduk sejenak pak Jenderal cerita ke pak Azis dia barusan baca dikoran Media Indonesia bahwa pak Azis setelah selesai jabat gubernur akan jadi petani. Dan beliau langsung ingat kalau ini pasti berita tulisan si Lengkong.Makanya saat masuk kantor di palu saya dicari lewat Spri Husni Panyili.
Begitupun saat saya berada di Jakarta hadiri pelantikan Wagub Sulteng Brigjen TNI Haryono mantan Dan Rem 132 Tadulako. Saya kebetulan habis liputan terkait Tata Niaga Cengkeh di daerah Kulon Progo Jawa Tengah. Dan ketika kembali ke Jakarta dari Semarang dengan pesawat Sempati Air dan langsung ikut hadiri pelantikan di Depdagri dan bertemu pak Haryono juga Gubernur HA Azis Lamadjido. Setelah usai pelantikan kami langsung istirahat ke Hotel Sriwijaya dekat dari Kemendagri.
Malamnya oleh Wagub pak Haryono saya diajak dinner bersama Pak gubernur Azis dan Muspida Sulteng di restoran Bogor hotel Borobudur Jakarta dan sekaligus pak Azis saat itu bertemu sahabat lamanya pak Ciputra sebagai teman Sekolah di Gorontalo merupakan owner Ciputra Grub. Setelah usai dinner saya dengar panggilan melalui microfon operator hotel nama saya agar kedepan lobby ditunggu. Padahal saat itu saya sudah dimobil besama Wagub pak Haryono. Dan izin ke pak Haryono saya turun langsung ke lobby. Ternyata saya ditunggu pak Hansye Pelengkahu dan pak Gubernur Azis. Saya diminta naik satu mobil saya di duduk depan.
Ternyata acara dinner di lanjutkan ke restoran ikan bakar ala Makassar restoran Asia di Kemayoran. Hadir saat itu pak Hagi Latjambo Wakil Ketua DPRD Sulteng, Hansye Pelengkahu pengusaha Ketua Kadin Sulteng dan sejumlah pejabat penting. Selesai acara saya balik satu mobil hanya bertiga pak Azis dan sopir. Pak Azis kembali ke kediamannya dan saya minta diturunkan di didepan Sarinah Departemen Store kawasan jalan MH Thamrin Jakarta Pusat karena akan lanjut dengan taksi
Blue Bird balik ke rumah ponakan di kawasan Duta Indah Jatimakmur Pondok Gede.
Ketokohan pak HA Azis Lamadjido yang membuat masyarakat inginkan beliau memimpin Sulteng, bukan tanpa alasan. Dengan back ground seorang Jaksa, selalu tertib dan rendah hati tak pernah menyombongkan dirinya dengan prestasi yang dicapai.
Suatu waktu cerita saat apel bendera 17-an dihalaman kantor gubernur Sulteng yang jadi Irup Wagub Brigjen M Sulaiman dan ada beberapa ASN saat upacara tidak sengaja tidak memakai pakaian Korpri karena itu mereka oleh Wagub Sulaiman dikenakan sangsi hormat bendera merah putih ðihalaman kantor gubernur di jalan Sam ratulangi. Cerita ini sampai ke kuping pak Azis. Mendengar hal itu Gubernur Azis Lamadjido ikut prihatin kok bisa hal terjadi seperti itu. Lebih baik mereka ASN yang tidak gunakan pakaian Korpri cukup diberi teguran sebagai peringatan sebab ASN bukan TNI.
Rasa keprihatinan itu suatu saat apel tanggal 17-an dihadiri Wagub, dan Irup saat itu pak Azis hanya gunakan pakaian safari. Inilah yang dimiliki pak Azis sebagai pemimpin memperlihatkan keperdulian terhadap ASN. Dan untuk jabatan OPD beliau menempatkan pejabat esselon yang menggambarkan kewilayahan Sulteng dengan rekrut pejabat putra daerah berasal dari Kabupaten dan Kota di Sulteng yang tentunya miliki kemampuan.
Karier HA Lamadjido SH pun mulai menanjak menjadi jaksa pada Kejaksaan Negeri Makassar (1957-1959), Tiga tahun kemudian, Azis meraih gelar sarjana hukum ketika menjabat Kepala Kejaksaan Negeri Donggala, Sulawesi Tengah.
Ketika jabatan bupati di Kabupaten Donggala yang mengalami kekosongan, 1966, pak Azis memperoleh dukungan masyarakat untuk memimpin daerah itu dari Tahun 1966 hingga 1978. Ia mulai dengan penertiban administrasi pemerintahan.
"Saya menerapkan sistem clean deks, tidak ada pekerjaan yang menumpuk di atas meja," ujarnya ketika itu. Ia sendiri memberi contoh dengan menandatangani surat yang disodorkan sambil menerima tamu.
Di mata masyarakat, pak Azis adalah, Bupati yang bisa dicegat di jalan, dan bisa bergaul dengan golongan masyarakat paling bawah,. Dengan sikap tegas kepada bawahan dan luwes terhadap masyarakat.
HA Azis Lamadjido memegang jabatan bupati Kabupaten Donggala hingga 1978. Kemudian, ia bertugas pada Kejaksaan Agung RI di Jakarta, sebelum diangkat sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah, 1983. Dan tiga tahun menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi, ayah tujuh anak dan kakek delapan cucu itu terpilih sebagai Gubernur Sulawesi Tengah, 1986-1991.
"Saya akan memulai tugas dengan penertiban ke dalam sambil melanjutkan program para pendahulu," ujar gubernur HA Azis Lamadjido SH mengawali tugas sebagai Gubernur Sulteng periode pertama usai dilantik Mendagri Soepardjo Rustam, Februari 1986.
Sebagai pejabat yang dikenal tegas ini, pak Azis gemar berolah raga renang, bulu tangkis, sepak bola, di samping menyenangi musik dan seni suara.
DIperiode jabatan kedua tahun 1991-1996 HA Azis Lamadjido yang datang melantik Mendagri Jenderal TNI Rudini, dan program kerja yang sasarannya untuk wujudkan masyarakat desa sejahteta lewat crass program Gerbosbangdesa dan itu terwujud didukung pembangunan sejumlah irigasi di daerah kantong produksi pertanian yang terdapat warga transmigrasi di kabupaten Donggala yang masih meliputi wilayan parigi Moutong desa Tolai, desa Sumber Sari merupakan warga transmigrasi spontan.
Kemudian di Kabupaten Banggai wilayah Batui, Toili dibangum bendungan irigasi, seperti irigasi singkoyo cukup besar dan hasilnya Sulteng surplus daerah swasembada pangan beras dan termasuk provinsi 10 besar penunjang stok pengadaan pangan nasional. Namun keberadaan bendungan irigasi ini tidak ditunjang masa pemeliharaan yang memadai sehingga berdampak daerah ini yang tadinya daerah penunjang stok pengadaan pangan beras nasional, kini tidak lagi.
Saat ini HA Azis Lamadjido SH mantan Gubernur Sulteng yang rendah hati yang selalu perduli akan masyarakatnya sudah tiada bersama istri terkasih Hj. Marhumah Daeng Ani Lamadjido Binti H.M Saleh Daeng Matika.
H Abdul Azis Lamadjido. Pria yang lahir pada tanggal 1 September 1932 ini tutup usia pada tanggal 11 Mei 2011 meninggalkan tujuh anak, 4 laki-laki dan 3 perempuan.
Mereka adalah dr Riri A Lamadjido mantan Direktur RS Undata, Rully A Lamadjido SH mantan Walikota Palu, mantan wagub Sulteny, Aswarni A Lamadjido, Ir Syafruddin A Lamadjido mantan Kepala cabang pLN palu dan PLN Surabaya Selatan, Ir H Rendy Affandy Lamadjido mantanap Anggota DPRRI, dr Reny A Lamadjido Sp. PK M.Kes mantan Wakil Walikota Palu, dan kini Wagub Sulteng dan paling bungsu Burhanuddin A Lamadjido PNS
Dua Anak HA Lamadjido ikut jenjang karier politik ayahnya
yakni H Rully Afandy Lamadjido SH dan dr Renny A Lamadjido Sp.PK, M.Kes yang terpanggil ikut jenjang karier politik ayahanada mereka. Dimasa HA azis Lamadjido Gubernur melantik putranya Rully Lamadjido sebagai Walikota Admistratif Palu menggatikanH Sahbuddin Labadjo.
Kemudian Rully ikut Pilkada tahun 2001 berpasangan sebagai Wakil Gubernur Prof (Emir) H Aminuddin Ponulele dan kemudian pada pilgub Sulteng tahun 2006 mencalonkan diri sebagai gubernur berpasangan H Sudarto sebagai calon Wagub namun kalah bersaing pasangan HB Paliudju Ahmad Yahya
Beigitupun dr Renny A Lamadjido Sp.PK, M.Kes setelah memimpin berbagai jabatan strategis sebagai direktur RS Anuta Pura, direktur RS Undata, Kadis Kesehatan Sulteng. Menempati karier politik Wakil Walikota Palu bersama Walikota H Hadiyanto Rasyid SE. Di Pilkada Gubernur Sulteng 2024, Renny maju sebagai calon Wagub berpasangan calon Gubernur H AnwarHafid dan menangkan Pilkada.
Sosok H. Abdul Azis Lamadjido SH. Pria yang lahir pada tanggal 1 September 1932. Jiwa kepemimpinan sebagai gubernur Sulteng putera daerah kedua, penuh kerendahan hati menjadi kenangan abadi, untuk dijadikan sebuah edukasi dan motivasi bagi generasi saat ini guna bekal menjadi pemimpin masa depan.***