- Samsuh H Saleh
ALASANnews.com, Tolitoli, – Tiga desa di Kecamatan Lampasio, Kabupaten Tolitoli, kini mendapat sentuhan teknologi terbaru dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Program ini menghadirkan teknologi tepat guna berupa arang briket, yang diyakini mampu menjadi sumber energi alternatif sekaligus membuka peluang usaha baru di desa.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tolitoli, Samsuh H Saleh, mengungkapkan pendampingan tersebut melibatkan Desa Janja, Desa Salugan, dan Desa Lampasio. “Masing-masing desa memiliki kelompok masyarakat binaan yang dibimbing langsung oleh tim ahli dari ITB. Ini kami apresiasi karena seluruh pendanaan ditanggung pihak perguruan tinggi,” jelasnya, Kamis (28/8).
Menurut Syamsuh, program ini merupakan wujud nyata pengabdian masyarakat dari kampus sekaligus implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Desa-desa diharapkan mampu memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkuat UMKM sekaligus meningkatkan kemandirian ekonomi.
Tim ITB yang turun langsung terdiri dari Dr. Sutrisno, Zulkifli, dan seorang mahasiswa bernama Asep. Mereka melatih masyarakat mulai dari proses pengolahan bahan baku, teknik pembakaran, hingga pencetakan briket yang siap dipasarkan. Universitas Tadulako (Untad) juga ikut mendampingi melalui mahasiswa.
Arang briket sendiri merupakan hasil olahan limbah hutan seperti tempurung atau sisa kayu. Produk ini tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi juga ramah lingkungan karena mampu mengurangi ketergantungan terhadap kayu bakar.
“Kalau desa serius mengembangkan, Lampasio bisa menjadi sentra produksi arang briket di Sulawesi Tengah,” ujar Samsuh penuh optimisme.
Ia menambahkan, pelatihan ini tidak sekadar memberikan keterampilan baru, melainkan juga membuka jalan bagi terbentuknya unit usaha bersama di tingkat desa. Produksi berkelanjutan diyakini akan berdampak positif pada ekonomi masyarakat.
Pemerintah daerah pun berharap agar inovasi ini tidak berhenti hanya pada tahap pelatihan. Dukungan desa dalam menjaga keberlanjutan program menjadi kunci sukses menjadikan Lampasio sebagai model desa inovatif berbasis teknologi.
“Ini teknologi tepat guna, manfaatnya besar untuk ekonomi sekaligus menjaga hutan kita. Semoga dari desa kecil, kita bisa melahirkan produk yang punya daya saing nasional,” pungkas Samsuh.***


