ALASANnews.com, Tolitoli — Di bawah sorotan lampu lapangan Lakita, Desa Sandana, suasana Sabtu malam (18/10) terasa berbeda. Sorak-sorai warga, aroma jajanan kaki lima, dan tepuk tangan penonton berpadu dalam penutupan Kapolres Cup Jilid I, sebuah turnamen sepak bola yang ternyata berdampak jauh lebih besar dari sekadar pertandingan.
Wakil Bupati Tolitoli, Moh. Besar Bantilan, menyebut ajang ini telah membawa efek ekonomi yang nyata bagi masyarakat setempat. “Dari sekitar dua puluh lapak yang disediakan panitia, semuanya ramai pembeli. Ada perputaran ekonomi yang luar biasa di Sandana,” ujarnya dalam sambutan penutupan turnamen. Ia menyampaikan apresiasi kepada Kapolres Tolitoli atas penyelenggaraan event yang disebutnya “menyentuh langsung kehidupan rakyat kecil.”
Bantilan, yang juga politisi PAN, menilai kegiatan olahraga seperti ini mampu menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi desa. Selain menggerakkan roda usaha mikro, turnamen semacam Kapolres Cup juga menjadi ruang kebersamaan sosial dan memperkuat rasa bangga masyarakat terhadap daerahnya. “Sepak bola bukan sekadar olahraga, tapi juga energi sosial yang menyatukan kita,” ujarnya.
Kapolres Tolitoli, AKBP Wayan Rayracana Aryawan, dalam pidato penutupannya menyampaikan harapan agar kegiatan tersebut menjadi ajang pembinaan bakat muda. “Semoga para manajer dan pelatih bisa melihat potensi pemain lokal yang berbakat,” katanya. Ia juga menekankan pentingnya menjunjung sportivitas dan solidaritas sebagai wujud kebersamaan warga Tolitoli dalam menjaga keamanan dan ketertiban.
Turnamen Kapolres Cup Jilid I diikuti sejumlah tim dari berbagai kecamatan, berlangsung meriah selama beberapa pekan terakhir. Setiap sore, lapangan Lakita berubah menjadi pusat keramaian—penjual makanan, pedagang mainan anak-anak, hingga musisi jalanan memanfaatkan momentum ini untuk mencari penghasilan tambahan.
Pada malam penutupan, tim Vamuos Lingkaran FC berhasil keluar sebagai juara pertama, disusul Sandana FC di posisi kedua, Kelurahan Baru FC di urutan ketiga, dan Lantapan FC sebagai juara keempat. Suasana haru dan bangga menyelimuti para pemain saat menerima trofi dan bonus dari panitia.
Bagi masyarakat Sandana, turnamen ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga simbol harapan baru. Di tengah keterbatasan ekonomi desa, sepak bola berhasil menghadirkan denyut kehidupan dan rasa persatuan. “Dari lapangan inilah, semangat Tolitoli tumbuh—bukan hanya untuk bermain, tapi juga untuk maju bersama,” tutup Bantilan.@wahyu


