Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Dari Sungai Lembe, Tolitoli Mulai Berbenah: Bupati Amran Pimpin Langsung Penertiban Bangunan

| 04:34 WIB | 0 Views Last Updated 2025-11-01T02:20:46Z

 



ALASANnews.com.— Saat matahari sore mulai tenggelam di ufuk barat, suasana di Kantor Kelurahan Baru, Kecamatan Baolan, Jumat (31/10), terasa berbeda. Sekitar seratus warga berkumpul, sebagian duduk gelisah, sebagian lain menyimak dengan saksama setiap kata yang keluar dari mulut Bupati Tolitoli, Amran Yahya. Dengan nada tegas, ia mengumumkan sesuatu yang telah lama menjadi pembicaraan di warung kopi dan pos ronda: rumah-rumah di bantaran Sungai Lembe akan mulai dibongkar besok pagi--hari ini.

Langkah itu, katanya, bukan pilihan yang mudah. Namun banjir yang berulang kali melumpuhkan jantung kota Tolitoli sudah terlalu lama dibiarkan. “Besok pagi, saya akan turun langsung. Kita mulai membongkar bangunan yang menghalangi aliran sungai,” ujar Amran, disambut anggukan warga.

Di ruangan yang sederhana itu, tak ada naskah pidato resmi. Tak ada protokol bertele-tele. Amran berbicara seperti seorang kepala keluarga yang menasihati anak-anaknya. “Ini memang tugas kami di pemerintah,” katanya, “tapi tanpa pengertian dan kepedulian warga, masalah banjir ini tidak akan pernah selesai.”

Sungai Lembe, yang membelah pusat kota Tolitoli, telah lama menjadi urat nadi sekaligus sumber bencana. Setiap kali hujan deras turun di hulu, air meluap ke permukiman. Lumpur menutup jalan, rumah-rumah tergenang, dan ribuan warga terpaksa mengungsi.

Banjir kali ini adalah peringatan keras. Air menggenangi hampir seluruh wilayah perkotaan berpenduduk lebih dari 60 ribu jiwa. Dalam tiga hari terakhir, warga bahkan kesulitan mendapatkan air bersih. Ironis, di tengah kelimpahan air, mereka justru kehausan.

Bupati Amran datang bukan hanya membawa rencana, tapi keputusan. Ia tak menunggu rapat koordinasi atau studi panjang. “Kita mulai besok. Ini langkah awal untuk mengembalikan fungsi sungai,” tegasnya.

Kehadirannya didampingi oleh Kepala BPBD, Asisten I, Kepala Dinas PUPR, serta Lurah Baru, Moh. Amin. Para pejabat itu duduk di antara warga, mendengarkan langsung keluhan dan persetujuan mereka. Tak ada jarak mencolok antara pemimpin dan rakyat.

Umar Alamri, mantan anggota DPRD Tolitoli yang turut hadir, menilai langkah Amran sebagai bukti nyata hadirnya negara. “Kalau sejak awal negara absen, maka masalah kecil akan tumbuh menjadi bencana besar,” ujarnya lirih.

Menurut Umar, keberanian Bupati Amran memutuskan pembongkaran ini menunjukkan cara baru dalam memimpin — tegas, tapi tetap persuasif. “Ia tidak datang dengan ancaman, tapi dengan solusi yang masuk akal,” tambahnya.

Warga yang rumahnya berdiri di tepi sungai pun tampak legawa. Mereka tahu risiko tinggal di tepian air, dan kali ini mereka memilih mendukung perubahan. “Kami setuju, Pak. Kalau ini untuk kebaikan semua,” kata seorang ibu, suaranya terdengar serak namun yakin.

Amran mengaku lega melihat sikap warga. Ia tahu langkah ini akan menimbulkan konsekuensi sosial, tapi juga tahu bahwa penundaan hanya akan memperburuk keadaan. “Sangat tidak masuk akal kalau hanya beberapa rumah bisa menimbulkan banjir satu kota,” ujarnya kepada ALASANnews.com.

Menurut data Kelurahan Baru, terdapat sekitar 160 rumah di sepanjang bantaran Sungai Lembeh. Namun, Lurah Moh. Amin menjelaskan, tidak semuanya akan dibongkar. “Hanya belasan yang benar-benar menghalangi aliran air,” katanya.



Kepala BPBD Tolitoli, Abdullah Harus, menambahkan bahwa pengerukan sungai akan dimulai bersamaan dengan pembongkaran. “Besok kami akan turunkan tiga unit ekskavator. BPBD provinsi juga sudah mengirim bantuan alat berat,” ujarnya.

Langkah cepat ini menjadi sinyal kuat bahwa Pemda Tolitoli tidak ingin mengulang kelambanan masa lalu. Setelah tahap awal, pemerintah berencana melanjutkan normalisasi hingga ke bagian hulu.

Namun Amran juga realistis. “Kita akan jalankan sesuai kemampuan anggaran. Tapi saya pastikan, ini tidak akan berhenti di wacana,” katanya mantap.

Bagi warga Tolitoli, banjir bukan sekadar bencana, tapi kenangan pahit yang berulang. Banyak di antara mereka masih mengingat banjir besar yang menghanyutkan perabot, menenggelamkan sekolah, dan memaksa anak-anak belajar di tenda darurat.

Kini, dengan langkah berani sang bupati, muncul secercah harapan baru. Bahwa kota kecil di pesisir barat Sulawesi Tengah itu bisa belajar hidup berdampingan dengan alam tanpa harus terus menjadi korbannya.

“Yang kita lakukan hari ini,” kata Amran, “bukan hanya soal sungai. Ini tentang bagaimana kita menjaga rumah besar kita — Tolitoli.”

Saat malam turun, warga perlahan meninggalkan kantor kelurahan. Sebagian berbincang kecil tentang esok pagi. Di antara suara serangga dan sisa lumpur banjir, ada perasaan yang jarang muncul: optimisme. Bahwa mungkin kali ini, banjir benar-benar akan surut — bukan hanya airnya, tapi juga masalahnya.why.

×
Berita Terbaru Update