Notification

×

Iklan

Iklan




Indeks Berita

Tag Terpopuler

PANGAN dan ENERGI TUMPUAN BONUS DEMOGRAFI

5/31/2022 | 06:33 WIB | 0 Views Last Updated 2022-05-30T23:34:46Z



Oleh Hasanuddin Atjo 

Bonus demografi menggambarkan keadaan penduduk di satu negara,  dimana usia yang  produktif (15-64 tahun) lebih besar dari usia tidak produktif, dan terjadi hanya sekali. Bagi Indonesia, puncaknya berada diantara tahun 2028 - 2030

Momentum yang sangat berharga ini  sudah harus dipersiapkan  dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat dan sekaligus meningkatkan  status Indonesia  sebagai negara berkembang menjadi negara maju. Bila keliru, maka kesempatan yang baik dan strategis tersebut akan sirna dan hilang begitu saja. 
 
Jepang,  Korea  Selatan, Malaysia,  dan masih banyak lagi merupakan  negara yang dinilai sukses didalam memanfaatkan bonus  demografi mereka, dan berdampak terhadap  ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Kemudian mengubah status  dari berkembang menjadi negara maju.

Jika menengok jauh ke belakang di era  1970-an,  Indonesia, Malaysia dan Korea Selatan pendapatan per kapitanya relatif sama satu dengan lainnya yaitu kurang lebih US$ 840. (Damanhuri,D.S, 2021). Kini kedua negara  tersebut pendapatan per kapitanya melesat cukup jauh dan telah meninggalkan Indonesia. 

Menurut ceidata.com bahwa pada tahun 2021 pendapatan per kapita Indonesia kurang lebih US$ 4.349 per tahunnya. Sedangkan Malaysia sebesar US$ 10.360, Korea Selatan US$ 34.743, dan Jepang lebih baik lagi yaitu sekitar US$ 39.344. Dan bila tetap tidak serius dipersiapkan,   perbedaan  akan semakin melebar. 

Capaian kinerja seperti ini tentunya harus menjadi pembelajaran yang berharga, karena Indonesia dinilai memiliki SDA yang jauh lebih besar dan iklim tropis, namun belum bisa dimanfaatkan untuk peningkatan pendapatan. Pertanyaan kemudian  yang muncul  apakah ada skenario yang keliru.  

Sejumlah referensi memberitakan bahwa  Malaysia dan Korsel sejak tahun 1970 mengimplementasikan secara simultan, konsisten strategi industrialisasinya. Sementara itu negeri ini hanya melakukan hal itu sekitar 10 tahun, yaitu  awal  1980 hingga akhir 1990.  Ada inkonsisten dalam  implementasi perencanaan yang termuat dalam REPELITA. 

******
Bukan hanya bonus demografi, dan ketersediaan SDA  menjadi faktor pendorong kenapa  sektor pangan dan energi menjadi penting serta  strategis pada masa akan datang.  Sejumlah alasan ikut memperkuat pengembangan  kedua sektor itu antara lain; 

Pertama, bahwa tragedi pandemic covid-19 yang terjadi secara global  telah  meporakporandakan hampir seluruh sektor usaha, seperti  jasa- konstruksi,  perdagangan, industri transportasi, dan lainnya, terkecuali usaha di sektor pangan dan energi, dikarenakan  ketersedian pangan dan energi serta distribusinya jadi sangat penting agar bisa bertahan hidup. 

Cadangan devisa di hampir seluruh negara dialokasikan melawan virus Covid-19 yang mematikan. Bahkan dilakukan refokusing (pengalihan)  sejumlah anggaran. “Lock Down” menjadi satu diantara  strategi jitu,  menekan laju penularan dari virus ini yang  terbukti meregut jutaan nyawa manusia. 

Ketersediaan pangan , energi dan distribusinya menjadi bagian yang tidak terpisahkan agar  keluar dari tekanan virus ini. Makan dan energi tidak bisa ditunda, bahkan dianjur harus banyak makan agar imun terbentuk. Negara yang cadangan pangan dan energi terbatas sudah tentu  menghadapi tantangan yang lebih berat. 

Kedua, perang Rusia-Ukraina yang masih berlangsung telah membuat ketersedian pangan maupun energi dunia terganggu, bahkan bisa saja mengarah ke krisis pangan apabila berlangsung lama, karena kedua negara itu  merupakan kontributor besar dalam  penyediaan pangan dan energi. 

Ketiga, dampak dari pandemic dan boleh jadi karena perang Rusia dan Ukraina membuat sejumlah negara   diambang kebangkrutan.  Contoh,  Srilangka tidak  lagi memiliki dolar yang cukup untuk membayar BBM. Afghanistan sedang menghadapi krisis pangan dan kemiskinan  akut serta pelanggaran HAM yang berat utamanya  pada wanita.

******
Belajar dari pengalaman, dan trend pradaban baru ala millenial, maka pengembangan sektor pangan dan energi harus didesain dan dikemas  dengan pendekatan industrialisasi serta diintegrasikan dengan digital mekanisasi sesuai dengan tipikal
milenial yang  segera mendominasi  penduduk Indonesia. 

Bila ini mampu diintegrasikan maka sejumlah kalangan menilai bahwa   Indonesia  bisa menjadi salah satu negara maju yang berpendapatan tinggi di masa akan datang seperti pendapat Pricewaterhouse Cooper, sebuah lembaga akuntan ekonomi dunia  di tahun 2017.

Diprediksi bahwa Indonesia di usia emas 100 tahun setelah merdeka (2045) bisa menjadi Negara maju, di urutan lima dunia setelah China, AS, India dan Brasil jikalau mampu maksimalkan bonus demografi dan diintegrasikan dengan potensi SDA  pangan dan energi 

Diperkirakan pada saat itu  Produk Domestik Bruto, PDB mendekati US$ 7 triliun dan pendapatan per kapita kurang lebih US$ 25.000.  Harapan ini tentunya memerlukan desain dengan cara cara baru dan harus konsisten didalam proses implementasi agar kesalahan lalu tidak berulang. 

*****
Terakhir, “ keledaipun”  tidak ingin  masuk dua kali pada lubang yang sama. Dan Indonesia  dengan SDA melimpah dan diberikan SDM yang berjumlah banyak tentunya harus bisa memanfaatkan kesempatan emas yang berharga ini. 

Diperlukan bagaimana strategi dan langkah konkrit (peta jalan)  agar harapan itu mampu direalisasikan. Tidak lagi “gagal” seperti era yang dikenal dengan konsep REPELITA dan saat ini berganti nama menjadj RPJPN-RPJMN. 

Generasi muda, asosiasi himpunan pengusaha muda dikenal akronim HIPMI memikiki peran strategis dan penting  mewujudkan rencana  itu.  Dan bagaimana skenario, langkah konkrit akan diulas , didiskusikan di kesempatan lain . SEMOGA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update