Notification

×

Iklan

Iklan




Indeks Berita

Tag Terpopuler

Museum Wale Anti Narkoba dan Museum Manguni Milik Irjen Pol (Purn) Dr Benny Jozua Mamoto M.Si Raih Rekor Muri

12/15/2023 | 05:18 WIB | 0 Views Last Updated 2023-12-14T22:18:10Z



Tompaso Minahasa, Alasannews.com- Dua museum milik  Irjen Pol (Purn) Dr. Benny Jozua Mamoto, S.H., MSi selaku Ketua Umum Yayasan Institut Seni Budaya Sulawesi Utara (YISBSU) Kamis (14/12/2023) terletak di Tompaso Minahasa menerima penghargaan 2 (dua) rekor MURI.

Penghargaan kedua rekor muri ini diberikan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri). Diserahkan langsung oleh pendiri Bapak Jaya Suprana, masing-masing;   Museum Wale Anti Narkoba (WAN) pertama di Indonesia yang diresmikan pada tanggal 28 Februari 2014 oleh Ibu Djoko Suyanto (Isteri Menkopolhukam) selaku Ketua SIKIB Bersama Ibu Wakil Menteri Pertahanan, Ibu Wakil Menteri Pertanian, Isteri Jaksa Agung, dan Kepala BNN. 

Kepada kantor berita Alasannews.com dalam press release lewat pesan WhatsApp Kamis (14/12/2023) Dr Benny Jozua Mamoto SH, M.Si mengatakan museum Wale Anti Narkoba (WAN) merupakan museum anti narkoba satu-satunya di Indonesia. Kemudian rekor kedua adalah Museum Manguni atau Museum Burung Hantu pertama dan satu-satunya di Indonesia yang diresmikan pada tanggal 7 Juli 2017.

Lanjut kata Benny museum Wale Anti Narkoba (WAN) telah terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan registrasi museum nomor 71.02.k.06.0076 dan telah menerima Piagam Penghargaan Hasil Evaluasi Standardisasi Museum berupa Sertifikat Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan No. 380/E2/Kb/2018 – Standarisasi Museum Tahun 2017 Sebagai Museum Tipe B dan pada tahun 2022 Hasil Evaluasi Standardisasi Museum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan naik sebagai Museum Tipe A. 

"Museum Wale Anti Narkoba merupakan museum tipe A satu-satunya di Sulawesi Utara. Saya bersyukur atas capaian ini karena tidak mudah untuk memenuhi ketentuan dan standar dalam borang akreditasi dari Kemendikbudristekdikti" kata Dr Benny Jozua Mamoto SH, M.Si

Benny menyebut ide pendirian museum ini didasari oleh keprihatinan dan kekhawatiran semakin maraknya peredaran narkoba khusunya dikalangan anak-anak muda, pelajar dan mahasiswa. Upaya pencegahan melalui edukasi adalah langkah yang efektif dan efisien dibandingkan dengan langkah represif berupa pemberantasan narkoba karena memerlukan anggaran yang besar dan telah menimbulkan korban. 

"Anak-anak muda yang telah mengkonsumsi narkoba akan mengalami kerusakan kesehatan khususnya bagian otak dan organ tubuh lainnya. Dampak inilah yang akan mengancam masa depan generasi muda kita. Impian bonus demografi dapat berubah menjadi bencana demografi ketika generasi muda kita terpapar narkoba sehingga tidak mampu bersaing karena kualitas hidup dan kesehatannya sudah menurun atau rusak" ujar Dr Benny Jozua Mamoto SH, M.Si

Lanjut mantan Deputi  Penindakan BNN pusat impiannya itu selaku penggagas Museum Edukasi Anti Narkoba ini adalah berdirinya museum edukasi seperti ini di setiap kabupaten dan kota di seluruh Indonesia maka anak-anak muda, orang tua, pelajar dan mahasiswa setempat dapat dengan mudah mengakses edukasi masalah ancaman serius narkoba ini.

"Untuk mewujudkan pendirian museum tersebut perlu kerja sama dan kepedulian semua pihak, baik Pemerintah Daerah, instansi terkait, maupun pribadi-pribadi yang peduli dan kalangan swasta melalui program CSRnya karena upaya ini memerlukan dukungan anggaran, baik untuk pendirian maupun operasionalnya" kata Irjen Pol (Purn) Dr Benny Jozua Mamoto M.Si yang juga Ketua Harian Kompolnas itu.

Dijelaskan sejak berdirinya Museum WAN tahun 2014 pihaknya telah mengedukasi anak-anak sekolah dan Masyarakat lebih dari 55.398  orang yang tergabung dalam 4.041 rombongan. Beberapa sekolah telah mewajibkan siswanya untuk mengikuti edukasi ini. Bila dibandingkan dengan model sosialisasi berupa seminar atau ceramah maka model edukasi melalui Museum Edukasi ini jauh lebih efektif dan efisien.

MUSEUM MANGUNI.

Begitupun dengan pendirian Museum Manguni ini muncul menurut Dr Benny Jozua Mamoto SH, M.Si ketika dia melakukan perjalanan ke beberapa negara seperti Jepang, Korea, Thailand, China, Malaysia, Italia, dan negara-negara lainnya. 

"Pertama, saya menemukan Museum Owl (Burung Hantu) di Penang, Malaysia, Jepang, Korea, Thailand, berisi koleksi aneka ragam bentuk Manguni (Owl) yang terbuat dari kayu, logam, plastik, kaca, keramik, kain, mata uang kertas dan logam, materei dan sebagainya.
Saya berpikir, mengapa di Sulawesi Utara, Kabupaten dan Kota lambangnya Manguni, Gereja terbesar GMIM di Sulawesi Utara lambangnya Manguni, berbagai ormas juga lambangnya Manguni, tetapi tidak memiliki museum seperti di beberapa negara tersebut" ujar Benny

Menurut Benny Manguni di masyarakat Minahasa merupakan kearifan lokal. Sebelum ada tehnologi, leluhur Minahasa menggunakan bunyi Manguni sebagai petunjuk. Manguni diberikan tempat yang khusus karena membantu masyarakat dengan memberi petunjuk atau tanda akan terjadinya sesuatu peristiwa.
Sejak saat itu, muncullah ide untuk membangun Museum Manguni. 

"Saya mulai berburu buku tentang Owl dari berbagai negara sebagai referensi. Saya mulai berburu berbagai koleksi Owl dari seluruh dunia, termasuk koin mata uang Yunani kuno yang bergambar Manguni. Akhirnya isteri dan anak-anak saya serta teman-teman saya ikut membantu berburu koleksi Owl dari berbagai negara. Sampai saat ini baru terkumpul sekitar 1.426 koleksi Manguni. Anda akan dapat menyaksikan juga lambang-lambang Manguni yang digunakan oleh berbagai pihak berikut makna lambang tersebut" kata Benny
 
Untuk mengedukasi generasi muda maka kata Benny dirinya banyak di bantu tim untuk mulai mengumpulkan data dan informasi tentang persebaran Owl di dunia, spesiesnya, pelestariannya, dan sebagainya. Disamping itu, ditemukan hal yang menarik bahwa ada sekitar 130 kota di dunia menggunakan lambang Owl. Banyak pengunjung yang tertarik dengan lambang-lambang kota di dunia ini, karena bila dibandingkan dengan lambang Kabupaten dan Kota di Sulawesi Utara maka sesungguhnya kita sejajar dengan 130 kota di dunia tersebut. Ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Masyarakat Sulawesi Utara.

Pemegang Rekor Dunia (Guinness World Records) Dan Rekor Muri terbanyak di Indonesia

Apabila anda berkunjung ke komplek Pusat Kebudayaan Sulawesi Utara “Pa’dior” di Jl. Pinabetengan, Tompaso, Minahasa, Sulawesi Utara, maka anda akan menemukan beberapa hal yang baru dan pertama kali ada di Indonesia. Nama “Pa’dior” (Bahasa daerah Tontemboan) artinya terdepan atau terutama, atau bisa dimaknai sebagai pelopor. Di lokasi “Pa’dior” anda dapat melihat  4 (empat) museum yaitu Museum Wale Anti Narkoba, Museum Manguni, Museum Budaya Pinawetengan dan satu museum yang berisi koleksi rekor yang diberi nama Museum Rekor Benny J Mamoto.

Di Museum Rekor Benny J Mamoto, anda akan menyaksikan ada 7 (tujuh) rekor dunia Guinness World Records dan ada 32 (tiga puluh dua) rekor MURI. Menurut Benny ini adalah koleksi rekor terbanyak di Indonesia. Di area Pa’dior anda akan menyaksikan 3 (tiga) wujud Guinness World Records berupa Terompet Kontra Bass terbesar di dunia yang dapat dibunyikan, Kolintang Raksasa terbesar di dunia, dan Kain Tenun Pinawetengan terpanjang.

"Oleh sebab itu, tambahan 2 (dua) rekor MURI hari ini maka koleksi Museum Rekor Benny J Mamoto akan bertambah menjadi 34 (tiga puluh empat).
Kami mengucapkan terima kasih kepada para Seniman, Budayawan dan Masyarakat Sulawesi Utara serta Tim YISBSU yang telah bekerjasama mewujudkan rekor terbanyak tersebut. Demikian juga kepada Bapak Jaya Suprana kami ucapkan terima kasih atas penghargaan yang telah diberikan" ujar Dr Benny Jozua Mamoto SH, M.Si***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

×
Berita Terbaru Update