Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

PT Bank Sulteng Kebangaan Rakyat Paradigma Sudah Harus Berubah Ditengah Kompetisi Pelayanan Diera Teknolgi Digital Perbankan

| 18:04 WIB | 0 Views Last Updated 2025-01-16T11:04:55Z


ALASANNEWS  Palu: Jelang RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) bulan Januari 2025 PT Bank Sulteng sebagai bank umum kebangaan rakyat Sulteng seharus sudah maju berkembang seiring kemajuan teknologi digital. Namun sayangnya paradigma  itu belum berubah ditengah kompetisi pelayanan diera teknolgi digitl  perbankan


Kritikan ini diungkapkan pengamat ekonomi bisnis Universitas Tadulako (Untad) Palu M. Ahlis Djirimu Ph.D.  Saat ini industri perbankan menuntut kecepatan dan moderisasi pelayanan. Sayangnya Bank Daerah kebanggaan rakyat Sulteng belum berubah paradigma layanannya. PT. BS ini masih bersifat konvensional dan tradisional. 


"Dua pekan yang lalu saya mengantri. Sebagai nasabah di PT. Bank Sulteng. Dalam sejam hanya bisa melayani 9 nasabah. Seorang nasabah guru membutuhkan sejam menunggu hanya untuk mencetak buku. Lalu apa permasalahan. Dari amatan setengah hari, bottleneck yang terjadi dan luput yakni tidak adanya sensitivity of crisis Direksi dan Komisaris, khususnya Direktur Operasional" kata Dr Ahlis Djirimu yang juga Lektor Kepala Fekon Bisnis Untad Palu kepada Alasannews Kamis (16/1/2025)


Lanjut Ahlis djirimu hal ini terjadi karena: pertama, belum optimalnya petugas satpam. Satpam hanya bertugas "juru buka pintu dan tukang tekan tombol kertas antrian". Satpam dapat dididik untuk layanan pasien sekedar menanyakan apa kebutuhannya seperti mengajarkan pada nasabah cara mengganti kartu ATM. Kedua, loket teller aktif berjumlah 6 tidak dibedakan mana pelayanan umum, bendahara OPD Pemprov, lokel kredit, PNS Pemprov/pensiunan, dan lain-lain. Akibatnya, banking hall PT. Bank Sulteng, seperti ruang pasar tradisional: bising bertemu dengan lamanya antrian. Ketiga, mengapa antrian begitu lama? 


"Hal ini terjadi karena di saat antrian sering terjadi nasabah yang kenal maaf orang dalam tiba-tiba muncul minta dilayani cepat. Kita belum terbiasa antri dan tenggang rasa. Petugas juga membiarkan. Fenomena yang terjadi disebut Shoe-Leather Cost yaitu nasabah akan bolak balik ke PT. Bank Sulteng menyebabkan rusaknya sepatu nasabah, mendorong naiknya konsumsi BBM, dll. Saya tidak yakin masuknya Mega Corporate dapat mengubah kebiasaan ini karena berbeda core of business. Hasil amatan saya menunjukkan nasabah yang datang hanya menarik uangnya. Sebaliknya, nasabah yang datang untuk menabung nyaris tak terlihat" ujar Ahlis Djirimu


Menurut Ahlis Djirimu solusi jangka pendek tergantung pada sense of crisis Pimpinan yang terlahir dari kompetisi pasti menpunyai kompetensi di dunia perbankan. Hanya mereka yang punya kompetensi pasti punya produktivitas. Biasanya, sebelum operasi pukyl 08.00 ada briefing dan setiap Jum'at akhir kerja ada evaluasi. Sepatutnya ada skema probis dan SOP, serta ada indikator kinerja percepatan dari target 10 menit turun menjadi 5 menit.  Restoran siap saji saja dapat turunkan antrian dari 5 menit ke 3 menit walaupun ini belum tentu apple to apple. 


"Di bank lain sepert bank BNI, saya pernah mengganti ATM hanya 3 menit dipandu oleh satpam. Bila, belum cukup, bangunlah gedung baru PT. Bank Sulteng di lokasi baru samping GBK menggunakan CSR ketimbang memberikan CSR kurang tepat pada lembaga vertikal Pemerintah Pusat" ujar Ahlis Djirimu


Saya tawarkan sebagai saran kata Ahlis Djirimu PT.Bank Sulteng agar pemegang kartu ATM  bila sudah bekerjasama dengan mega corporate mendapat discount pada waralaba milik owner Chairul Tandjung. Selain itu, PT. Bank Sulteng dapat beroperasi di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) maupun Pusat Pendaratan Ikan (PPI) yang dapat difasilitasi Kementrian KKP atau Dinas KKP.  Ini supaya tidak terjadi bolak balik ke bank yang timbulkan shoe-leather cost lagi. 


"Bila paradigma PT. BS belum berubah, maka aura manajemen profesional yang dibawa Mega Corporate menjadi sia-sia. Ada baiknya PT. Bank Sulteng menimba ilmu pada Bank Jateng, Bank Jabar-Banten yang saya amati di Bogor layanannya terdigital, antrian nasabah tersistem modern dan memiliki core of business dgn PT. Bank Sulteng. Sebab saat ini Industri perbankan menuntut kecepatan dan moderinsasi pelayanan" katanya.***

×
Berita Terbaru Update